Mengenal “Kudok” Senjata Tradisional Khas Sumatra Selatan

Friday, 5 July 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Bumi Besemah, yang dikenal sebagai Pagar Alam, terletak di antara keindahan Bukit Barisan dan Gunung Dempo. Nama ini berasal dari suku Pasemah yang telah lama menetap di sana. Sebagai daerah dataran tinggi di Sumatra Selatan, Bumi Besemah terkenal dengan kebun teh dan kopi robustanya. Kopi dan teh tradisional menjadi buah tangan populer bagi para wisatawan. Namun, ada oleh-oleh lain yang kini banyak diminati, yaitu senjata adat tradisionalnya.

Jika Jawa Tengah memiliki keris dan Sulawesi Selatan memiliki badik, Sumatra Selatan, khususnya di daerah Besemah, memiliki kudok sebagai salah satu senjata tradisionalnya. Kudok, atau dikenal sebagai kudok betelugh oleh warga lokal, adalah senjata tajam sejenis parang yang banyak digunakan oleh suku Besemah. Selain di Pagar Alam, kudok juga digunakan di Kabupaten Lahat dan oleh masyarakat Manna di Kabupaten Bengkulu Selatan. Manna dahulu merupakan bagian dari Sumatra Selatan, sehingga banyak penduduknya berasal dari Besemah.

Baca Juga  Gubernur Herman Deru Buka Secara Resmi Raimuna Daerah VIII Gerakan Pramuka Tingkat Provinsi Sumsel

Anatomi dan Material Kudok

Kudok biasanya digunakan dalam kegiatan sehari-hari, khususnya berkebun. Senjata ini memiliki ujung pisau yang sangat runcing dan pegangan (pulu) yang bulat, yang membuatnya dikenal sebagai kudok betelugh atau kudok bertelur. Kudok dilengkapi dengan sarung (berangke) untuk keamanan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Terdapat sekitar 10 jenis kudok yang berbeda, disesuaikan dengan bentuk dan fungsinya. Jenis kudok yang paling populer adalah betelugh, luncu, gerahan, dan kudok rambai ayam. Material utama pembuatan kudok adalah besi atau baja. Perajin sering menggunakan per mobil dari Jerman dan Italia karena kandungan bajanya yang tinggi. Gagang kudok biasanya terbuat dari kayu jati, sedangkan sarungnya dari kayu limau.

Baca Juga  Makanan Khas Jambi: Kekayaan Kuliner yang Menggugah Selera

Gagang dan sarung kudok sering dililit dengan rotan halus yang dijalin rapi. Lilitan ini diperkuat dengan malau, sejenis getah kayu. Untuk memudahkan membawa kudok, sarungnya dilengkapi dengan pengait dari kayu atau tanduk yang dapat dikaitkan pada tubuh sebelah kiri.

Kudok tersedia dalam dua ukuran, yaitu 30-35 cm dan 25-30 cm. Ukuran besar digunakan untuk membelah kayu atau bambu, sementara ukuran kecil, selain untuk membelah kayu atau bambu kecil, juga berfungsi sebagai alat perlindungan diri. Dahulu di Kabupaten Lahat, terdapat istilah “dikuduki” yang berarti ditikam dengan kudok, meskipun istilah ini sekarang jarang terdengar.

Proses Pembuatan Kudok

Kudok masih dapat ditemukan di pasar alat pertanian dan toko oleh-oleh. Proses pembuatannya cukup rumit, dimulai dengan melebur besi sebagai bahan utama, diikuti oleh proses percetakan, pembentukan, dan penempaan sambil dibakar. Bagian belakang kudok lebih tebal, semakin ke ujung makin melengkung dan meruncing, dan bagian tengahnya lebih lebar dari pangkal dan ujungnya. Tanpa pesanan khusus, seorang pengrajin dapat menghasilkan 3 hingga 5 kudok dengan harga sekitar 250 ribu rupiah per buah.

Baca Juga  Tradisi Upacara Adat Mandi Kasai di Lubuklinggau

Berbeda dengan senjata tradisional lainnya yang memiliki makna filosofis atau simbolis, kudok dibuat sebagai alat produksi tradisional dan senjata semata. Kudok juga sering digunakan sebagai ornamen hias di rumah masyarakat, sekaligus sebagai tanda identitas mereka. Jadi, ketika berkunjung ke Gunung Dempo di Sumatra Selatan, jangan lupa untuk mampir ke toko oleh-oleh dan membeli kudok, yang biasanya sudah dirancang dengan kotak kaca untuk pajangan.

Editor : Wakhid Alfiyan

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Polisi yang Tendang Pemotor Hingga Hidung Patah Dicopot dari Jabatan Kasikum Polres Prabumulih
Makanan Khas Jambi: Kekayaan Kuliner yang Menggugah Selera
Pj Wako Hadiri Doa Bersama Dalam Rangka Pemilukada Serentak 2024
Pj Wako Hadiri RUPSLB Bank Sumsel Babel
Penjabat Wali Kota Lubuk Linggau, H Koimudin menghadiri rapat fasilitasi permasalahan status aset Pasar Inpres
Pj Wali Kota Lubuk Linggau Terima Penghargaan Siddhakarya Tingkat Provinsi Sumsel 2024
Koimudin Jabat Pj Wali Kota Lubuk Linggau
Fenomena Hari Tanpa Bayangan di Sumsel: Jadwal Muncul di 17 Kota, Termasuk Kota Lubuklinggau

Berita Terkait

Wednesday, 15 January 2025 - 03:27 WIB

Polisi yang Tendang Pemotor Hingga Hidung Patah Dicopot dari Jabatan Kasikum Polres Prabumulih

Tuesday, 7 January 2025 - 07:41 WIB

Makanan Khas Jambi: Kekayaan Kuliner yang Menggugah Selera

Monday, 25 November 2024 - 13:36 WIB

Pj Wako Hadiri Doa Bersama Dalam Rangka Pemilukada Serentak 2024

Thursday, 14 November 2024 - 13:54 WIB

Pj Wako Hadiri RUPSLB Bank Sumsel Babel

Thursday, 14 November 2024 - 13:49 WIB

Penjabat Wali Kota Lubuk Linggau, H Koimudin menghadiri rapat fasilitasi permasalahan status aset Pasar Inpres

Berita Terbaru

Food & Travel

Makanan Khas Jambi: Kekayaan Kuliner yang Menggugah Selera

Tuesday, 7 Jan 2025 - 07:41 WIB