Aksara Komering adalah salah satu jenis aksara yang digunakan di Sumatera Selatan, dengan kemiripan bentuk huruf dengan Aksara Lampung dan Aksara Ogan. Aksara ini memiliki huruf inheren /a/ yang dapat diubah dengan menambahkan tanda vokal. Berbagai daerah di sepanjang Sungai Komering memiliki variasi aksara sendiri-sendiri, yang membuatnya sedikit berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya.
Sejarah Aksara Komering berasal dari turunan Brahmi yang berkembang di daerah hulu Sungai Komering dan secara mirip dengan Aksara Lampung. Meskipun memiliki beberapa perbedaan huruf, kedua aksara ini secara dasar adalah abugida dan terkait dengan aksara Surat Ulu lainnya. Saat ini, Bahasa Komering menggunakan alfabet Latin sebagai sistem penulisan resmi. Meskipun telah ada beberapa sistem penulisan termasuk Aksara Komering, Abjad Jawi, dan Alfabet Latin, penggunaan aksara Komering sendiri telah terlupakan seiring berjalannya waktu.
Namun, keberadaan dan keberagaman Aksara Komering masih kontroversial dan sulit dipastikan. Generasi saat ini mungkin tidak mengenal aksara ini karena banyak naskah yang menggunakannya disimpan secara rahasia atau hilang seiring berjalannya waktu. Meskipun masih ada upaya untuk melestarikannya, upaya tersebut tidak begitu digalakkan. Kehadiran Alfabet Latin sebagai sistem penulisan utama Bahasa Komering juga memperburuk kondisi Aksara Komering saat ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kabupaten OKU Timur merupakan tempat lahirnya peradaban Suku Komering, sebuah wilayah yang kaya akan seni warisan budaya. Salah satu warisan seni yang masih ada dan dapat dinikmati hingga saat ini adalah Aksara Komering. Dahulu, Aksara Komering menjadi media komunikasi yang sangat efektif dan efisien. Para leluhur Suku Komering menggunakan aksara ini untuk menulis mantra, wasiat, silsilah, serta berbagai ramuan dan racikan baik rempah maupun obat-obatan dan racun.
Aksara Komering termasuk dalam rumpun aksara surat ulu yang memiliki kekerabatan dengan Aksara Batak, Aksara Incung Suku Kerinci, Aksara Rejang Bengkulu, Aksara Sunda Kuno, dan Aksara Lontar Suku Bugis. Pada awalnya, aksara ini ditulis di atas kulit binatang, rotan, pelepah bambu, gading, dan berbagai media lainnya. Penulisannya miring dari kiri bawah menuju kanan atas.
Aksara Komering terdiri dari dua bagian, yaitu aksara utama atau “kelabai surat” yang berjumlah 19, dan tanda baca vokal sebanyak 11 jenis serta satu tanda bunuh atau mati. Selain itu, terdapat juga angka yang berjumlah 10, di mana angka-angka tersebut diambil dari angka Arab. Hal ini dikarenakan banyak naskah yang ditemukan di OKU Timur menggunakan aksara Arab Pegon.
Di era kemajuan teknologi 4.0 ini, Aksara Komering menghadapi tantangan besar. Banyak generasi muda yang mulai melupakan dan enggan mempelajari aksara ini karena bentuknya yang berbeda dengan huruf abjad yang digunakan dalam kegiatan sehari-hari. Oleh karena itu, penting untuk melestarikan Aksara Komering sebagai warisan budaya yang berharga dari Suku Komering di Kabupaten OKU Timur, Provinsi Sumatera Selatan. Pelestarian ini tidak hanya menjaga identitas budaya, tetapi juga memastikan bahwa warisan leluhur ini tetap hidup dan dikenal oleh generasi mendatang.