Durian, yang sering disebut “raja buah,” adalah salah satu buah tropis terkenal di Indonesia. Buah ini banyak ditemukan di berbagai daerah, terutama di Pulau Jawa dan Sumatra. Sumatra Selatan merupakan salah satu provinsi penghasil durian terbesar. Pada tahun 2022, Sumatra Selatan menghasilkan sekitar 39.000 ton durian. Saat musim panen, harga durian di Sumatra Selatan cenderung menurun. Oleh karena itu, para petani berusaha mencari cara untuk membuat durian lebih tahan lama.
Di Sumatra Selatan, terutama di Palembang, durian diolah menjadi berbagai penganan, baik tradisional maupun modern. Salah satu olahan yang terkenal adalah lempok durian. Berbeda dengan dodol di Jawa Barat atau jenang di Jawa Tengah, lempok durian memiliki keunikan tersendiri.
Lempok durian terbuat dari daging durian, gula pasir, dan sedikit garam. Proses pembuatannya sederhana tetapi membutuhkan ketelitian. Di Tebing Tinggi, Sumatra Selatan, terdapat banyak industri rumahan yang membuat lempok durian. Perajin lempok biasanya menggunakan 40 kg daging durian dan 40 kg gula pasir dalam satu kali pembuatan. Campuran ini diaduk terus-menerus di atas api selama 4 jam hingga matang. Setelah matang, lempok didinginkan, dipilah, ditimbang, dan dibungkus dalam plastik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Lempok durian sangat populer di Sumatra Selatan dan sering dijadikan oleh-oleh. Di toko oleh-oleh di Palembang, lempok dijual sekitar Rp30.000 per kilogram. Lempok durian dapat bertahan hingga satu tahun jika disimpan dalam kemasan tertutup. Selain di Palembang, lempok durian juga terkenal di Pontianak dan Bengkulu. Wisatawan sering membeli lempok sebagai oleh-oleh karena rasanya yang enak dan harganya yang terjangkau.
Secara keseluruhan, lempok durian menjadi bagian penting dari kebudayaan Melayu dan menjadi salah satu camilan favorit di Sumatra Selatan dan sekitarnya.
Editor : Wakhid Alfiyan