Di Desa Pauh, Kecamatan Rawas Ilir, Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), Sumatera Selatan, terdapat tradisi unik yang dikenal sebagai “Mandi Darah”. Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk pembayaran nazar dan ungkapan rasa syukur atas berbagai pencapaian, seperti kelulusan studi, pernikahan, atau pencapaian penting lainnya.
Sejarah dan Makna Tradisi Mandi Darah
Tradisi Mandi Darah di Desa Pauh telah diwariskan secara turun-temurun selama berabad-abad. Asal-usul tradisi ini tidak diketahui secara pasti, namun diyakini berkaitan dengan kepercayaan animisme dan dinamisme yang dianut oleh masyarakat setempat pada masa lalu. Mandi Darah hewan ternak seperti sapi, kambing, atau kerbau dipercaya memiliki makna spiritual dan simbolis. Darah hewan ternak diyakini memiliki kekuatan untuk membersihkan diri dari kotoran dan kesialan, serta membawa keberuntungan dan kesuksesan bagi orang yang menjalani ritual ini.
Proses Pelaksanaan Tradisi Mandi Darah
Tradisi Mandi Darah biasanya dilakukan setelah acara syukuran, seperti selamatan kelulusan atau pernikahan. Dalam prosesnya, hewan ternak seperti sapi, kambing, atau kerbau disembelih dan darahnya ditampung dalam wadah besar. Orang yang akan menjalani ritual kemudian dimandikan dengan darah tersebut. Ritual ini dilakukan dengan penuh penghormatan dan mengikuti aturan adat yang ketat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pandangan Masyarakat terhadap Tradisi Mandi Darah
Setelah Islamisasi di daerah Sumatera Selatan, mayoritas masyarakatnya meninggalkan kepercayaan lama beserta ritual ini. Saat ini, hanya segelintir masyarakat Muratara yang masih melaksanakan tradisi ini. Di Desa Pauh, ritual ini dikenal dengan sebutan “Merabun Kemean”. Dalam tradisi ini, daging hewan yang disembelih digunakan untuk syukuran dan sebagian dijual ke pasar.
Kesimpulan
Tradisi Mandi Darah di Desa Pauh merupakan tradisi unik yang mencerminkan budaya dan kepercayaan masyarakat setempat. Meskipun terdapat kontroversi seiring dengan perubahan kepercayaan masyarakat, tradisi ini masih dilestarikan oleh sebagian masyarakat sebagai bagian dari identitas budaya mereka. Tradisi ini tidak hanya memiliki makna spiritual dan simbolis yang mendalam, tetapi juga merupakan warisan budaya yang penting untuk dijaga dan dihormati.
Dengan memahami dan menghargai tradisi ini, kita dapat melihat betapa kayanya budaya dan kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Desa Pauh dan betapa pentingnya menjaga warisan budaya ini agar tetap hidup dan dikenal oleh generasi mendatang.
Sumber:
Catatan:
- Penting untuk menghormati kepercayaan dan tradisi masyarakat setempat saat mempelajari tradisi Mandi Darah
- Tradisi ini mungkin tidak sesuai dengan pandangan semua orang.
- Artikel ini hanya memberikan gambaran umum tentang tradisi Mandi Darah di Desa Pauh, Muratara. Masih banyak cerita dan tradisi menarik yang terkait dengan Puyang yang belum terdokumentasikan.
- Penting untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk menggali dan melestarikan warisan budaya ini.
——————————————————————————————————————————————————————
Source Image : https://etnis.id/ritual-mandi-darah-di-muratara/
Referensi : Wicaksono (2022) TRADISI MANDI DARAH MENURUT TOKOH ADAT DAN TOKOH AGAMA (STUDI KASUS DI DESA PAUH KABUPATEN MURATARA PROVINSI SUMATERA SELATAN). Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.
Editor : Wakhid Alfiyan