Bumi Besemah, yang dikenal sebagai Pagar Alam, terletak di antara keindahan Bukit Barisan dan Gunung Dempo. Nama ini berasal dari suku Pasemah yang telah lama menetap di sana. Sebagai daerah dataran tinggi di Sumatra Selatan, Bumi Besemah terkenal dengan kebun teh dan kopi robustanya. Kopi dan teh tradisional menjadi buah tangan populer bagi para wisatawan. Namun, ada oleh-oleh lain yang kini banyak diminati, yaitu senjata adat tradisionalnya.
Jika Jawa Tengah memiliki keris dan Sulawesi Selatan memiliki badik, Sumatra Selatan, khususnya di daerah Besemah, memiliki kudok sebagai salah satu senjata tradisionalnya. Kudok, atau dikenal sebagai kudok betelugh oleh warga lokal, adalah senjata tajam sejenis parang yang banyak digunakan oleh suku Besemah. Selain di Pagar Alam, kudok juga digunakan di Kabupaten Lahat dan oleh masyarakat Manna di Kabupaten Bengkulu Selatan. Manna dahulu merupakan bagian dari Sumatra Selatan, sehingga banyak penduduknya berasal dari Besemah.
Anatomi dan Material Kudok
Kudok biasanya digunakan dalam kegiatan sehari-hari, khususnya berkebun. Senjata ini memiliki ujung pisau yang sangat runcing dan pegangan (pulu) yang bulat, yang membuatnya dikenal sebagai kudok betelugh atau kudok bertelur. Kudok dilengkapi dengan sarung (berangke) untuk keamanan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Terdapat sekitar 10 jenis kudok yang berbeda, disesuaikan dengan bentuk dan fungsinya. Jenis kudok yang paling populer adalah betelugh, luncu, gerahan, dan kudok rambai ayam. Material utama pembuatan kudok adalah besi atau baja. Perajin sering menggunakan per mobil dari Jerman dan Italia karena kandungan bajanya yang tinggi. Gagang kudok biasanya terbuat dari kayu jati, sedangkan sarungnya dari kayu limau.
Gagang dan sarung kudok sering dililit dengan rotan halus yang dijalin rapi. Lilitan ini diperkuat dengan malau, sejenis getah kayu. Untuk memudahkan membawa kudok, sarungnya dilengkapi dengan pengait dari kayu atau tanduk yang dapat dikaitkan pada tubuh sebelah kiri.
Halaman : 1 2 Selanjutnya