Di Indonesia, jeroan sering diolah menjadi masakan yang nikmat. Meski jeroan lezat untuk disantap, risiko sering makan jeroan dapat berdampak negatif bagi kesehatan. Terlebih, jika disantap terlalu banyak.
Jeroan adalah sebutan lain untuk organ dalam hewan yang siap diolah menjadi berbagai jenis masakan. Organ dalam yang dimaksud bisa berupa lidah, babat, usus, hati, paru, jantung, limpa, dan otak.
Risiko sering makan jeroan bisa langsung muncul setelah mengonsumsi jeroan, atau baru dirasakan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun sejak kebiasaan ini dimulai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Risiko Sering Makan Jeroan
Jeroan tidak selamanya buruk bagi tubuh. Mengonsumsi jeroan dalam jumlah wajar sebenarnya masih dapat memberikan berbagai manfaat. Hal ini karena jeroan mengandung berbagai nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh.
Nutrisi yang terkandung dalam jeroan bisa berbeda, tergantung pada jenis jeroan. Namun, pada umumnya jeroan termasuk dalam makanan tinggi protein.
Jeroan juga mengandung berbagai vitamin dan mineral, seperti vitamin A, vitamin B, vitamin C, zat besi, kalsium, kalium, fosfor, tembaga, dan seng. Beragam nutrisi tersebut sangat penting untuk menjalankan berbagai fungsi tubuh.
Meski jeroan kaya akan nutrisi, bukan berarti Anda dianjurkan untuk mengonsumsi jeroan terlalu sering atau terlalu banyak. Terlalu sering atau terlalu banyak makan jeroan justru membahayakan kesehatan.
Berikut ini adalah beragam risiko sering makan jeroan:
Penyakit asam urat
Risiko sering makan jeroan pertama adalah penyakit asam urat. Jeroan termasuk dalam alodmakanan tinggi purin. Jenis jeroan yang kandungan purinnya tinggi antara lain adalah hati, babat, otak, lidah, ginjal, dan pankreas.
Makin banyak kandungan purin dalam jeroan yang dikonsumsi, makin tinggi pula kadar asam urat yang dihasilkan oleh tubuh. Kadar asam urat yang tinggi ini kemudian akan membentuk kristal padat di sendi, hingga akhirnya menimbulkan peradangan dan rasa nyeri. Itulah sebabnya mengapa penderita asam urat dianjurkan untuk tidak makan jeroan.
Sakit kepala
Keluhan pertama yang mungkin Anda rasakan ketika terlalu banyak atau sering makan jeroan adalah sakit kepala. Hal ini karena jeroan termasuk dalam makanan tinggi tiramin.
Kadar tiramin yang tinggi diyakini dapat meningkatkan risiko terjadinya migrain dan sakit kepala. Sebenarnya, tubuh memiliki enzim monoamin oksidasi yang berperan dalam menghancurkan tiramin. Namun, beberapa orang tidak memiliki enzim tersebut dalam jumlah yang cukup.
Kadar tiramin yang tinggi dapat memicu produksi hormon epinefrin di dalam tubuh. Jumlah epinefrin yang berlebih inilah yang diduga menyebabkan sakit kepala dan migrain setelah mengonsumsi jeroan.
Serangan jantung
Jeroan umumnya mengandung kadar kolesterol dan lemak jenuh yang tinggi. Meskipun lemak dibutuhkan tubuh, tetapi Anda harus tetap memerhatikan jumlah konsumsinya.
Pasalnya, konsumsi lemak jenuh yang berlebihan justru dapat menyebabkan pembentukan plak di pembuluh darah. Kondisi inilah yang membuat Anda lebih mudah untuk terkena serangan jantung.
Stroke
Lemak jenuh yang terdapat dalam jeroan dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat LDL (low-density lipoprotein) di dalam tubuh. Kadar LDL yang terlalu tinggi berkontribusi terhadap pembentukan plak di pembuluh darah arteri.
Pembuluh darah yang tersumbat oleh plak membuat pasokan darah ke otak menjadi terganggu. Hal inilah yang menyebabkan seseorang terkena stroke.
Kerusakan hati
Vitamin A yang terkandung dalam jeroan tergolong cukup tinggi, sementara batas aman konsumsi vitamin A per hari adalah 10.000 mikrogram. Sebagai contoh, dalam 100 gram paru dan hati sapi masing-masing terkandung vitamin A sebanyak 2.800 mikrogram dan 1.200 mikrogram.
Mengonsumsi jeroan terlalu sering dan terlalu banyak dapat menyebabkan penumpukan vitamin A di dalam tubuh. Risiko sering makan jeroan berupa kelebihan vitamin A dapat mengakibatkan mual, muntah, sakit kepala, diare, hingga kerusakan hati dan pengeroposan.
itulah beberapa efek samping konsumsi jeroan terlalu sering, semoga bermanfaat.