Phnom Penh – Langkah Timnas Valorant Indonesia di SEA Games 2023 mesti terambat lantaran dugaan kecurangan yang dilakukan oleh Singapura pada laga final yang dilaksanakan pada Rabu (10/5) di Naba Theatre, Naga World Entertainment Complex, Phnom Penh, Kamboja.
Map yang pertama dipilih oleh tim Singapura adalah Ascent, Singapura menang 13 – 8, sedangkan pada Map kedua Timnas Indonesia memilih Map Split.
Awal mula kecurangan
Di map kedua, kecurangan mulai terasa.
Pada skor 10 – 4 untuk tim Singapura, Timnas mengajukan Technical Pause, pada saati inilah penonton mulai meributkan dugaan kecurangan.
Dugaan kecurangan ini ialah penggunaan bug abuse oleh tim Singapura, bug yang dimaksud berupa pemanfaatan fitur kamera sehingga tim Singapura bisa melihat posisi pemain Timnas.
Bug abuse ini dapat dilihat oleh seluruh penonton karena terlihat di live stream, hal ini selanjutnya memicu amarah penonton dan memicu kericuhan di kolom komentar.
Kericuhan ini berlangsung hingga tengah malam dan berdampak pada dihentikannya pertandingan laga final tersebut.
Frengky Ong, Sekjen PBESI ikut buka suara melalui rangkaian IG Story miliknya.
“Time Out! Singapura ketahuan pakai kamera di in-game (bug abuse). Timnas Valorant Indonesia melakukan komplain berat. Fairness itu penting dalam olahraga” ucapnya melalui IG story.
Hasil Pertandingan
Dilansir dari akun btr_valezka Timnas Indonesia memilih untuk tidak melanjutkan pertandingan.
“Keputusan terakhir Tim Indonesia memilih untuk tidak bermain, karena panitia SEA Games menganggap bug abuse ini adalah pelanggaran ringan dan tidak perlu ada punishment untuk Tim Singapur, jadi tim memilih untuk tidak bermain karena untuk menjaga martabat bangsa kita dan situasi tidak kondusif.” jelasnya dalam salah satu IG storynya beberapa jam yang lalu.
Hal ini tentunya membuat para pemain Timnas terlihat sangat kecewa dan sedih terkait keputusan panitia, namun pihak PBESI masih berusaha terus mengupayakan agar Timnas Indonesia mendapatkan keadilan.