“San….San….San….nak kamane onga betige tuh, ugek a henang nia, ugek a nak lalu jeuh!”.
Betapa kaget dan terkejutnya tiga sahabat ini, mendengar teriakan sang Beruk sambil bertatapan satu sama lain, terdiam ternyata ada yang mengetahui rencana keberangkatan mereka. Serta merta sang Beruk melompat naik kedalam perahu kerak sambil berkata:
“Ku nak milu pule onga Ngelong, ku nak milo ao”, duduklah sang beruk ditengah tengah perahu kerak tadi, perahu sarat penumpang menjadi agak oleng, sekuat tenaga Tembeto, Pipit, dan Pialing menahan perahu agar tidak karam dan menjadi tenang, muatan perahu bertambah satu jadi mereka berempat menjadikan perahu pas pasan dengan 4 penumpang, lambat laun perahu terbawa arus dan bergerak sesuai dengan kecepatan arus sungai, kadang kekiri kadang kekanan kadang terbawa arus deras kadang kadang tenang.
Perahu kerak melaju dengan konsisten dengan kendali burung Pialing, kiri kanan banyak pemandangan sehingga kagum dan takjub akan keindahan alam, menyelalah si Tembeto:
“Ayo ngelale ke kanan, mengajak sahabatnya menoleh kekanan mereka melihat hamparan kebun durian yang sedang berbuah”, berkatalah Tembeto, “Oh, sahabat ku, alengkah banyak buah dian dikebun ini, hapelah yang uan na?”.
Dijawab pipit:
“Pastilah tuan a kak uwang yang rajin nia . “Oh iya” jawab yang lain kalau kita mau dapat hasil buah yang berlimpah maka kita harus rajin rajin bekerja, sang beruk berkata dalam hati kalu aku disini akan ku ambil buah durian ini diam diam.
Perahu berlalu lagi, tiba tiba Tembeto merasa perut nya mulai keroncongan maklumlah tubuh Tembeto lah yang paling kecil diantara teman temannya, lalu dia permisi seraya beredoy:
“Tot….tot….tot…tot ….kumakan sijot sijot” (Kumakan satu satu).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dimakannya pinggir perahu kerak tadi satu butir satu butir hingga terasa cukup kenyang, sambil duduk disambut senyum oleh Pipit dan Pialing.
Tidak lama kemidian berseruhlah Pipit:
“Oi, kawan kawan kelale lah kekidau, jingoklah kebun parah kak bederet deret betang a teratur bege, getah ha benyak, hape lah yang nuan a?”.
Dijawab Pialing pastilah tuan a kak uwang yang bekerjo keras.
“Oh iya”, jawab yang lain jika mau hasil getahnya banyak kita harus bekerja keras ya, sang beruk berkata dalam hati kalu ku dihikak pecat ku gele getah ah kak diam diam.
Pipit mulai teras lapar, tubuhnya lebih besar sedikit dibanding sang Tembeto, lalu pipit permisi sambil beredoy:
“Trit….trit…trit…trit kumakan sikit sikit” (Kumakan sedikit sedikit).
Dimakannyalah pinggiran perahu kerak sedikit demi sedikit hingga terasa cukup kenyang, sambil duduk tersenyumlah Pialing dan Tembeto.
Arus sungai mengalir perlahan Perahu Kerak terbawa riak gelombang perjalanan telah cukup jauh kira kira beberapa waktu lagi akan tiba ketujuan, namun sang Pialing muncul keinginan untuk makan maka permisilah Pialing sambil beredoy:
“Ling…trili ling” kumakan bekeliling (Kumakan berkeliling).
Dimakan nya kerak sebutir sebutir dengan arah mengeliling, sambil duduk tersenyum juga Tembeto dan Pipit. Perahu Kerak tetap utuh hanya sedikit sedikit sisinya dimakan oleh tiga sahabat tadi, perahu melaju mengikuti arus air dengan tenang terasa begitu enak dan menjadi perjalanan yang menyenangkan, namun tiba-tiba si Beruk mulai terdengar bunyi perutnya maka dia berkata:
“Ha…ha …ha…ha, kumakan sepak sepil” (kumakan hingga hilang sebelah).
Dimakannya perahu kerak sampai separoh dan menelannya, lalu dia berseru lagi, “Ha….ha…ha….kumakan sepak sepil” separuh lagi bagian perahu kerak dimakan oleh Beruk akibatnya karamlah perahu kerak tadi karena sudah separuh bagian yang hilang, pada saat seperti itu dengan sigap Pialing menyelamatkan Tembeto dengan cara menjepitnya diantara dua paruh Pialing sedangkan Pipit berada disampingnya seraya terbang menjauh dari Perahu Kerak yang karam tadi maka selamat lah tiga sahabat tadi terbang kesuatu tempat lalu hinggap dan beristirahat, sedangkan Beruk tenggelam kedalam sungai sambil berteriak minta, “tolong…..tolong….tolong ….tolong!” teriak Beruk.
Halaman : 1 2