Kudok tersedia dalam dua ukuran, yaitu 30-35 cm dan 25-30 cm. Ukuran besar digunakan untuk membelah kayu atau bambu, sementara ukuran kecil, selain untuk membelah kayu atau bambu kecil, juga berfungsi sebagai alat perlindungan diri. Dahulu di Kabupaten Lahat, terdapat istilah “dikuduki” yang berarti ditikam dengan kudok, meskipun istilah ini sekarang jarang terdengar.
Proses Pembuatan Kudok
Kudok masih dapat ditemukan di pasar alat pertanian dan toko oleh-oleh. Proses pembuatannya cukup rumit, dimulai dengan melebur besi sebagai bahan utama, diikuti oleh proses percetakan, pembentukan, dan penempaan sambil dibakar. Bagian belakang kudok lebih tebal, semakin ke ujung makin melengkung dan meruncing, dan bagian tengahnya lebih lebar dari pangkal dan ujungnya. Tanpa pesanan khusus, seorang pengrajin dapat menghasilkan 3 hingga 5 kudok dengan harga sekitar 250 ribu rupiah per buah.
Berbeda dengan senjata tradisional lainnya yang memiliki makna filosofis atau simbolis, kudok dibuat sebagai alat produksi tradisional dan senjata semata. Kudok juga sering digunakan sebagai ornamen hias di rumah masyarakat, sekaligus sebagai tanda identitas mereka. Jadi, ketika berkunjung ke Gunung Dempo di Sumatra Selatan, jangan lupa untuk mampir ke toko oleh-oleh dan membeli kudok, yang biasanya sudah dirancang dengan kotak kaca untuk pajangan.
Editor : Wakhid Alfiyan
Halaman : 1 2